MALIOBORO
JOGJA
Kalau
kita jalan-jalan ke Jogja kurang lengkap kalau tidak mampir keliling pasar disepanjang
jalan Malioboro dan masuk kedalam pasar. Dapat kita lihat ketika kita jalan
dari alun-alun utara jalan menuju Jl. Malioboro mata kita dimanjakan berbagai
pakaian mulai balita sampai lansia semua ada lengkap dan murah, kota Jogja ini
kental dengan budaya daerahnya jadi jangan heran kalau sepanjang pasar banyak
yang jualan batik, dan kaos bergambar wayang. Memang selama ini kita kenal
kawasan Malioboro adalah tempat untuk membeli souvenir dan oleh-oleh khas Jogja
Nah
wisata kita kali ini akan berbincang-bincang sekilas tentang Malioboro, teman
wisata kita kali adalah Bapak sunardi yang akan menemani kita untuk mengupasa
pasar ini, Bapak Sunardi salah satu pedagang souvenir dan sudah lama berjualan
disini, saat itu salah satu repoter kelompok kami bertanya tentang omzet kalau
liburan dan ramai-ramainya pasar itu, “Iya,
ini kan musim liburan dan bertepatan pula dengan perayaan Sekaten sehingga
penjualan naik sampai 100% atau dua kali lipat. Jika hari biasa penghasilan sekitar
Rp100.000 sampai Rp200.000, kalau liburan ini bisa mencapai Rp400.000,” ujar
Sunardi.
Bapak
Sunardi juga mengatakan perayaan Sekaten serta musim liburan merupakan momentum
untuk mendapatkan hasil secara lebih maksimal, berbagai wisatawan baik domestik
maupun mencanegara tertarik untuk hadir dan menyaksikan secara langsung
perayaan Sekaten, termasuk dengan mengunjungi pusat perdagangan di kawasan
Malioboro.
“Barang
suvernir yang saya jual juga barang khas Yogya, seperti wayang kulit, wayang
golek, peti ukir, mobil-mobilan dari kayu, kaligrafi dari kulit, serta topeng.
Itu semua dijual dengan harga yang terjangkau mulai dari Rp5.000 sampai
Rp100.000,” tutur Sunardi.
Setelah
kita berbincang-bincang sekilas tentang sovernir dari bapak Sunardi, mari kita
berjalan lagi kearah timur dalam pasar, dan kita ketemu seorang ibu pedagang
baju batik namanya Ibu Siti Zumronah, beliau adalah
salah seorang pedagang baju batik di kawasan Malioboro menuturkan
ramainya pengunjung yang berbelanja di Malioboro kali ini, dipengaruhi oleh
perayaan Sekaten di kawasan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Selain itu,
tutur dia, baju batik sebagai salah satu kekayaan budaya nasional juga masih
memiliki daya tarik besar hingga pengunjung semakin meminati. “Kalau pas ramai
seperti ini penjualan baju batik meningkat antara 50% sampai 75%, dalam sehari
bisa laku sekitar 40 baju batik,” ujar Ibu Siti. Ibu Siti menambahkan alasan memilih menjual baju
batik tidak hanya sekadar menjual baju atau kepada wisatawan, tapi juga turut
membantu mempromosikan baju batik sebagai salah satu kekayaan budaya bangsa
yang perlu dipelihara dan tetap diapresiasi.
(REPORT BY MOH.JAUHARUL HUDA dan BAYU PRASETYO).
Aku bocahmu yu bayu,
ReplyDelete��